Minggu, 12 April 2020

TUGAS KAPITA SELEKTA HUKUM INTERNASIONAL


Explain the reason knp kok makin banyak dr 8 malah jd 17 skrg permasalahan global (siapa dalang dan kenapa)

Alasan perlunya SDG's dalam dunia Internasional
Pada September 2000, dalam KTT Millennium PBB di New York, 189 negara, termasuk Indonesia, telah mendeklarasikan Millennium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pembangunan Millenium, yang berisi delapan tujuan yang ingin dicapai pada 2015 untuk menjawab tantangan-tantangan utama pembangunan global.
Kedelapan tujuan itu adalah: mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, pendidikan untuk semua, memperjuangkan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan mortalitas anak, meningkatkan kesehatan maternal, membasmi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya, menjamin keberlanjutan lingkungan, dan membangun kerjasama global untuk pembangunan.
Menjelang akhir periode MDGs, ada dua kabar penting untuk dunia, satu kabar baik, dan lainnya kabar buruk.  Kabar baik datang dari UN News Center, 2 November, 2011, yang menyebut bahwa dalam 40 tahun terakhir, negara-negara yang berada di 25 persen peringkat terbawah mengalami perbaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sampai 82%. IMF dalam the 2013 Global Monitoring Report juga menjelaskan tren positif dalam pencapaian MDGs. Pengurangan separo penduduk miskin dunia, pengurangan separo penduduk tanpa akses air bersih, eliminasi ketimpangan gender dalam pendidikan primer pada 1015, dan perbaikan kehidupan di seratus juta permukiman kumuh pada 2020 berhasil dicapai lebih cepat, yaitu di 2010..
Kabar baik lain dari ADB (2013). Sejumlah negara di Asia juga mengalami kemajuan. Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan secara signifikan di Malaysia, Vietnam dan Cina. Di Thailand dan Malaysia, kebijakan jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan ditambah dengan perhatian mereka terhadap lingkungan telah membuat negara-negara tersebut berada di jalur pertumbuhan yang berkelanjutan.  Indonesia juga dilaporkan mencapai kemajuan, tetapi tidak di seluruh indikator.
Walaupun secara umum MDGs telah berhasil, namun, ada masalah penting yang dapat mengganggu upaya untuk meningkatkan dan menjaga kinerja tersebut, yaitu masalah degradasi lingkungan. Ini merupakan kabar buruk untuk dunia.  Indonesia merupakan bagian dari kabar buruk tersebut.  Menurut ADB, Indonesia memiliki keragaman hayati di dalam hutan hujannya, tetapi gagal mengelola risorsis secara berkelanjutan dan adil.
Penduduk terus bertambah, sementara sumberdaya alam yang menopang kehidupan manusia, seperti energi, air, dan pangan justru mengalami kelangkaan.  Kelangkaan sumberdaya alam ini diperparah oleh masalah pemanasan global dengan seluruh implikasinya, seperti badai, banjir, dan kekeringan. Jika masalah lingkungan ini tidak dikendalikan dengan baik, pada gilirannya akan dapat merusak capaian MDGs tersebut.
Miss Clark (2011), misalnya, khawatir apakah tren positif dalam pencapaian indikator-indikator MDGs itu akan dapat tetap terjaga dalam 40 tahun ke depan, karena dengan adanya tekanan kependudukan dan lingkungan yang lebih berat, harga pangan akan naik 50%, dan akses penduduk dunia, terutama di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika terhadap air bersih, sanitasi dan energi akan semakin menurun.
Pasca MDGs, dunia perlu menemukan model pembangunan baru yang dapat menjawab tantangan global ini. Summit 2012 di Rio de Janeiro telah menemukan jawabannya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru saja meluncurkan program pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals (SDGs), menggantikan program sebelumnya Millennium Development Goals (MDGs) yang akan selesai pada akhir tahun 2015. Model pembangunan yang berkelanjutan ini menjadi suatu pilihan yang tidak terelakkan bagi dunia untuk mengadopsinya. Sampai seiring berakhirnya periode program Millennium Development Goals (MDGs) pada akhir tahun 2015. Sekurangnya 193 kepala negara yang hadir melakukan sidang umum di PBB pada 25 September 2015 lalu secara resmi telah mengesahkan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai sebuah kesepakatan baru terhadap agenda pembangunan global untuk periode 2016-2030. Semangat perubahan ini dilandasi oleh kesadaran akan pentingnya menjaga kelangsungan hidup manusia dan lingkungan, tidak hanya untuk saat ini melainkan untuk generasi yang akan datang.
SDGs tersebut akan otomatis berlaku bagi negara-negara maju dan berkembang untuk 15 tahun ke depan. Tujuan dari agenda baru PBB tersebut tidak berbeda jauh dari program sebelumnya, yang di antaranya mengakhiri kemiskinan, menjamin kehidupan sehat, mempromosikan pendidikan dan memerangi perubahan iklim.
Terdapat beberapa alasan mengapa SDGs akan jauh lebih baik dari MDGs, yakni:
1.     SDG’s lebih global dalam mengkolaborasikan program-programnya. MDGs sebelumnya dibuat oleh anggota negara OECD dan beberapa lembaga internasional. Sementara SDGs dibuat secara detail dengan negosiasi internasional yang juga terdiri dari negara berpendapatan menengah dan rendah.
2.     Sekarang, sektor swasta juga akan memiliki peran yang sama, bahkan lebih besar.
3.     MDG’s tidak memiliki standar dasar hak asasi manusia (HAM). MDGs dianggap gagal untuk memberikan prioritas keadilan yang merata dalam bentuk-bentuk diskriminasi dan pelanggaran HAM, yang akhirnya berujung kepada masih banyaknya orang yang terjebak dalam kemiskinan. Sementara SDGs dinilai sudah didukung dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip HAM yang lebih baik.
4.     SDG’s adalah program inklusif. Tujuh target SDG sangat eksplisit tertuju kepada orang dengan kecacatan, dan tambahan enam target untuk situasi darurat, ada juga tujuh target bersifat universal dan dua target ditujukan untuk antidiskriminasi.
5.     Indikator-indikator yang digunakan memberikan kesempatan untuk keterlibatan masyarakat sipil.
6.     PBB dinilai bisa menginspirasi negara-negara di dunia dengan SDGs.

Pembangunan yang berkelanjutan adalah berkenaan dengan bagaimana memenuhi kebutuhan manusia sekarang tanpa perlu mengorbankan kebutuhan generasi mendatang; pembangunan yang menggabungkan antara green growth, yaitu nexus antara elemen (strands) ekonomi dan lingkungan dengan inclusive growth, yaitu nexus antara elemen sosial dan lingkungan.

Pembangunan yang berkelanjutan adalah suatu upaya untuk menghubungkan sejumlah titik isu global—ketidakadilan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, stress lingkungan, air, energi, dan keamanan pangan. Pengabaian terhadap satu titik akan menggagalkan pembuatan garis.
MDGs yang dirumuskan oleh negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan para pakar beberapa lembaga internasional berbeda dengan SDGs yang melibatkan pemangku kepentingan yang lebih luas. Sejak awal, SDGs dibuat melalui proses partisipatoris yang sangat inklusif dengan cara konsultasi langsung dengan semua kalangan (pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, pihak swasta, dan masyarakat filantropi) baik dari negara  maju maupun berkembang. Hal tersebut berkontribusi pada adanya beberapa perbedaan penting antara MDGs dan SDGs, yaitu;
1.     SDGs dirumuskan berdasarkan prinsip-prinsip HAM, inklusivitas, dan antidiskriminasi.
2.     dalam hal agenda, SDGs tidak hanya berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan masa sekarang, tetapi juga memerhatikan kebutuhan masa yang akan datang atau berkelanjutan.
3.     SDGs ditujukan untuk memastikan bahwa semua manusia dapat menikmati kehidupan yang sejahtera dan bahwa kemajuan ekonomi, sosial, dan teknologi terjadi selaras dengan alam/lingkungan.
4.     SDGs juga dirancang untuk mendorong perdamaian agar terwujud masyarakat adil dan inklusif yang bebas dari rasa takut dan kekerasan.
5.     SDGs mengutamakan kerja sama seluruh pemangku kepentingan.

MDGs dan SDGs juga berbeda dalam hal jumlah tujuan dan indikator. Sebelumnya, pada MDGs ada 8 tujuan dan 60 indikator. Pada SDGs, jumlah tersebut bertransformasi menjadi 17 tujuan dan 232 indikator (revisi terakhir dari UNStats pada Maret 2017). Di antara 17 tujuan pada SDGs, ada 4 yang benar-benar tidak ada pada MDGs, yaitu tujuan 9 (industri, inovasi, dan infrastruktur), tujuan 10 (mengurangi ketimpangan), tujuan 11 (masyarakat dan kota yang berkelanjutan), dan tujuan 16 (perdamaian, keadilan, dan institusi yang kuat). Adapun transformasi tujuan pembangunan global dari MDGs ke SDGs dapat dilihat pada gambar berikut:
Proses perumusan SDGs berbeda sekali dengan MDGs. SDGs disusun melalui proses yang partisipatif, salah satunya melalui Myworld Survey (http://data.myworld2015.org), sebuah survey yang dilakukan oleh PBB yang dibantu oleh beberapa lembaga yang menjadi mitra kerjanya. Survei yang diadakan sejak 2013 hingga 2015 ini mampu menjadi sebuah masukan berharga bagi Sekjen PBB dan para pemimpin dunia dalam merumuskan dan mengesahkan SDGs pada September 2015 lalu.

Salah satu perubahan penting yang mendasar yang dibawa oleh SDGs adalah adanya prinsip “tidak ada seorangpun yang ditinggalkan”. Selain itu, SDGs juga mengandung prinsip kesetaraan yang menekankan bahwa antar-negara dan antar-warga negara adalah sama atau setara. Kemudian, penerapan SDGs tidak memandang bulu, karena berlaku secara universal bagi negara-negara anggota PBB, baik negara maju, miskin, dan negara berkembang. Adapun beberapa perbedaan yang mencolok dari tujuan pembangunan global MDGs dengan SDGs dapat dilihat pada gambar berikut:

WhatsApp Image 2020-02-06 at 20.02.27.jpeg
Ke 17 goals dari SDGs dapat dikelompokkan dalam empat pilar, yakni pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, pembangunan lingkungan hidup, dan governance;
Pilar pembangunan manusia lekat dengan penyediaan pelayanan dasar sehingga tujuan SDGs yang dapat dikelompokkan dalam beberapa sektor (kehidupan yang sehat, pemerataan kualitas pendidikan, pendidikan inklusif serta pembelajaran seumur hidup untuk semua, mengakhiri kemiskinan dan mencapai kesetaraan gender, serta memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan)
Tujuan SDGs pada pilar pembangunan lingkungan hidup antara lain memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik, mencapai akses universal ke air dan sanitasi, menjamin energi yang berkelanjutan, memastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan, mengelola ekosistem yang berkelanjutan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.
Tujuan SDGs di pilar ekonomi yakni mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang .berkelanjutan dan pekerjaan yang layak untuk semua, membangun infrastruktur, mempromosikan industrialisasi yang inklusif dan berkesinambungan dan mendorong inovasi, membuat kota-kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, ulet, dan berkelanjutan.
Di bidang governance, tujuan SDGs antara lain mengurangi kesenjangan dalam dan antar negara, memastikan masyarakat stabil dan damai, dan memperkuat cara pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah sedang bernegosiasi mengatur Tujuan Perkembangunan berkelanjutan sesuai dengan SDG’s pada periode 2016-2030. MDG’s berfokus untuk mengakhiri kemiskinan yang parah, kelaparan, penyakit-penyakit menular yang menjadi tujuan pembangunan paling penting dari sejarah PBB. SDG’s akan melanjutkan perjuangan melawan kemiskinan, kelaparan, penyakit-penyakit menular. Namun, dengan menambah tantangan untuk memastikan pembangunan lingkungan yang lebih adil dan keberlanjutan, terutama mencegah perubahan iklim yang dapat membahayakan kehidupan manusia. Karena ada tantangan-tantangan yang baru  yg muncul dan harus dihadapi bersama-sama demi keseimbangan lingkungan khususnya peran serta dalam mengatasi krisis iklim dan penyakit-penyakit menular lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar