Berikut 4 Cara Bantu Anak Temukan Bakatnya Melalui Kegiatan Ekskul
1. Mencoba Dua Kegiatan
Anda bisa membantu anak
menemukan bakatnya dengan mendorongnya untuk mengikuti ekstrakurikuler,
namun berapa banyak dan aktivitas yang seperti apa yang dia suka?
Cobalah untuk mengikutkan dia dua kegiatan terlebih dulu, misalnya balet
dan piano untuk anak perempuan atau basket dan gitar untuk anak
laki-laki Anda.
"Terlalu banyak tanggung jawab yang diambil oleh
seseorang membuat mereka frustasi," tulis Tina Seelig, PhD, seorang ahli
syaraf, pada bukunya What I Wish I Knew When I Was 20: A Crash Course
on Making Your Place in the World. Sehingga Tina menyarankan untuk
mencoba dua kegiatan saja bagi anak Anda. Hal ini dirasa cukup efektif
untuk mengetahui kegiatan mana yang lebih mereka sukai.
2. Berikan Cukup Banyak Waktu
Anak
yang telah mengetahui minat dan bakatnya sejak usia dini, memang bisa
menjadi seorang yang ahli di bidang tersebut ketika dewasa. Namun
presentase anak-anak yang seperti itu hanya sekitar 20%. Sekitar 25%
anak-anak menemukan bakatnya setelah hanyut mengikuti arus yang ada di
sekitarnya.
Sisanya sekitar 50-60%, masih mencari apa yang
menjadi minatnya dan masih belum menemukannya sampai beranjak remaja.
Menurut William Damon, PhD, direktur Stanford University Center on
Adolescence dan penulis 'The Path to Purpose: How Young People Find
Their Calling In Life', remaja yang masih belum menemukan minat dan
bakatnya cenderung menjadi pemimpi dan penggemar amatir. Pemimpi adalah
mereka yang mempunyai angan-angan terlalu tinggi tapi tidak berusaha
meraihnya, sedangkan penggemar amatir adalah mereka yang masih terus
mencoba satu per satu kegiatan sampai menemukan apa yang menjadi
minatnya.
Anak-anak tipe pemimpi maupun penggemar amatir pada
dasarnya adalah anak-anak hebat yang melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan pada mereka; mengikuti ekstrakulikuler dan mengerjakan PR.
Pada akhirnya mereka akan menemukan bakat mereka, hanya saja butuh lebih
banyak waktu. Anak muda jaman sekarang memang disuguhi banyak pilihan
dan kesempatan, tugas orang tua adalah membantu mereka mengasah
bakatnya, begitu saran Damon.
Banyak orangtua yang frustasi
ketika anak mereka meninggalkan kegiatan yang telah diikutinya beberapa
saat, hal itu sangat wajar terjadi, begitu kata Katharine brooks, EdD,
direktur Liberal Arts Career Services University of Texas dan pemulis
buku "You Majored in What?". Menurutnya, Anda tidak perlu khawatir jika
anak Anda bersikap seperti itu. Katarhine sendiri telah melakukan
pengembaraan untuk menemukan apa yang menjadi gairah hidupnya. "Anda
tidak hanya menggunakan waktu untuk menemukan apa yang Anda inginkan,
tapi Anda juga perlu menggunakan waktu untuk mencari tahu apa yang tidak
Anda inginkan," kata Katarhine.
3. Coba Lagi
Para
ahli menyebutkan ada tiga tahapan belajar. Tahap pertama adalah
Inkompetensi Bawah Sadar, saat anak tidak tahu apa yang mereka tidak
tahu. Tahap kedua adalah Inkompetensi Sadar, katika anak sadar bahwa apa
yang dia kerjakan cukup sulit dan dia bertahan. Tahap ketiga adalah
Kompetensi Sadar, saat anak melakukan upaya untuk mempelajari sebuah
kegiatan.
Ketakutan dan ketidakamanan harus diatasi. Beberapa
anak yang perfeksionis akan merasa frustasi ketika mereka tidak dapat
melakukan kegiatan tersebut dengan baik, sehingga mereka memilih untuk
berhenti. Antara tahap 2 dan tahap 3 biasanya terjadi jeda yang disebut
periode terbengkalai, dimana seorang anak akan meninggalkan kegiatannya
sejenak karena berbagai alasan. Saat dia mulai mengerjakan kegiatan itu
kembali, dukunglah dia karena saat itulah dia telah siap untuk melakukan
kegiatan tersebut secara lebih serius.
4. Mencari Celah
Ada
kalanya Anda harus berhenti mendorong anak Anda untuk melakukan
kegiatan yang nampaknya tidak terlalu dia sukai. Cobalah untuk mencari
celah dengan mendengar dan mengamati apa yang disukainya. Anda bisa
mengamati tontonan favoritnya di tv, atau Anda bisa bertanya "Apa yang
akan kita lakukan untuk mengisi liburan?"
Hal-hal kecil bisa
mengarahkan seorang anak pada apa yang sesungguhnya dia sukai. Misalnya
seorang anak yang suka membantu orang tuanya memasak, mungkin dia
memiliki minat pada tata boga. Atau ketika seorang anak suka dengan
film-film dengan genre scientis, mungkin dia berbakat dalam bidang
ilmiah. Bahkan jika anak Anda suka membongkar-bongkar komputer biarkan
dia melakukan hal tersebut, mungkin dia tertarik dengan hal-hal yang
berbau teknologi.
WOLIPOP.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar